Kamis, 30 Desember 2010

Lintas Agama

EMARANG, KOMPAS.com - Sejumlah tokoh lintas agama di Kota Semarang, Jawa Tengah, menggelar peringatan satu tahun wafatnya KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Monumen Tugu Muda Semarang, Kamis (30/12/2010) malam.
Lengkingan suara saxophone langsung terdengar mengisi hening peringatan mengenang mendiang tokoh besar yang dikenal humanis semasa hidupnya tersebut, mengiringi lantunan shalawat dan orasi kemanusiaan yang disampaikan.
Romo Aloys Budi Purnama, sang peniup saxophone, memainkan beberapa lagu kebangsaan, seperti "Gugur Bunga", "Kukenang Jasamu", "Indonesia Pusaka", dan "Satu Nusa Satu Bangsa" dengan irama menyayat, diikuti para peserta.
Meski berlangsung di tengah guyuran hujan, para peserta tidak beralih tempat dan tetap mengikuti acara bertema "Nyanyian Kebangsaan Mengenang Satu Tahun Wafatnya Gus Dur" itu dengan khidmat, membawa lilin yang menyala sambil berpayung.
Romo Budi yang ditemui usai acara mengatakan, acara tersebut dimaksudkan mengenang Gus Dur yang baginya bukan hanya pahlawan nasional, namun pahlawan kemanusiaan yang selalu membela orang tertindas dan minoritas.
"Kaum minoritas yang dibela Gus Dur tidak hanya terbatas dalam konteks agama, namun banyak sisi, termasuk pendidikan, seni, dan budaya. Ini dibuktikan dengan beberapa artis yang dipojokkan dan dibela oleh Gus Dur," katanya.
Menurut dia, semangat perjuangan Gus Dur harus diteruskan dan tidak boleh terhenti, terutama perjuangan dalam membela kemanusiaan dan menghargai serta merayakan kemanusiaan yang selama ini diusung oleh Gus Dur.
Ia menyebutkan, para tokoh lintas agama yang hadir, antara lain perwakilan agama Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, dan Konghucu, bahkan ada pula perwakilan dari jamaah Ahmadiyah yang hadir dalam kesempatan itu.
"Acara ini diprakarsai oleh Komisi Hubungan Antar-Agama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang, kebetulan saya perwakilannya dan Gus Dur Centre yang mengusung semangat perjuangan Gus Dur," kata Romo Budi.
Senada dengan itu, Dr. Nelwan selaku inisiator Gus Dur Centre mengatakan, acara tersebut ditujukan untuk menghidupkan semangat humanis, spiritualis, dan kebhinnekaan yang diperjuangkan oleh Gus Dur semasa hidupnya.
"Ini hanya perayaan sederhana untuk mengenang Gus Dur, sesuai dengan sifat kesederhanaan yang dimilikinya. Yang perlu diingat adalah Gus Dur selalu membela kepentingan masyarakat kecil, ini harus dilanjutkan," kata Nelwan.
Karena itu, kata Nelwan, pihaknya berinisiatif membentuk Gus Dur Centre beberapa bulan setelah kiai nyentrik itu wafat, dimaksudkan untuk meneruskan semangat dan perjuangan Gus Dur dalam membela orang tertindas dan minoritas.
Acara yang diikuti sekitar 50 orang itu, termasuk elemen pemuda dari Nahdlatul Ulama dan pemuda gereja itu ditutup dengan ramah tamah dan makan bersama, diiringi alunan saxophone Romo Budi dengan irama tembang "Tombo Ati".
ANT
Sumber :

PAN Tegaskan Konsisten dalam Koalisi

JAKARTA--MICOM:Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional Hatta Rajasa mengklaim partainya konsisten dalam koalisi. Hal ditegaskannya menanggapi pernyataan Staf Khusus Presiden Bidang Politik, Daniel Sparingga yang mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak nyaman melihat kondisi koalisi partai penyokong pemerintah yang kerap tak sinkron berkata di dalam koalisi dibanding di luarnya, semisal di parlemen dan media. 

"Saya selalu mengatakan PAN harus konsisten, seperti berkoalisi juga konsisten," ujarnya seusai penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) di Istana Negara, Jakarta, Selasa (28/12). 

Namun, konsistensi itu disebutnya tak harus menghilangkan kreativitas dan daya kritis partai anggota koalisi. "Menurut saya, makna atau esensi dr koalisi itu adalah responsibility to govern," ujarnya. Semua partai koalisi wajib bersama-sama bertanggung jawab terhadap suksesnya pemerintahan.  "That's the meaning of koalisi," cetusnya. 

Sebelumnya, Daniel mengatakan hal-hal yang sudah disepakati di tingkat pemimpin partai koalisi kerap berantakan ketika dibawa ke ruang terbuka. "Kesenjangan tersebut jelas membuat Presiden tidak nyaman," ucapnya. 

Daniel juga menilai 2010 adalah tahun yang berat bagi pemerintah Yudhoyono. Sebagai orang dalam Istana, Daniel berpendapat pandangan publik melalui media cenderung menilai negatif pemerintah. Penilaian miring publik Itu diperumit oleh pengkutuban di tingkat elite politik di koalisi. (Rin/OL-04)

Demokrat Ambilalih Wewenang Presiden

JAKARTA--MICOM: Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Muhammad Arwani Thomafi menilai ancaman Partai Demokrat soal reshuffle kabinet adalah bentuk pengambilalihan kewenangan Presiden Yudhoyono sebagai pihak yang mempunyai hak prerogatif. 

Hal itu dikatakannya di Jakarta, Kamis (30/12) menanggapi ancaman Partai Demokrat yang mengusulkan dilakukannya reshuffle terhadap Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dari kabinet. 

"Urusan reshuffle merupakan hak prerogatif Presiden. Oleh karena itu, ancaman reshuffle yang dikeluarkan PD bisa mengganggu kinerja SBY sendiri. Jadi, tidak elok dan sangat tidak proporsional ancaman yang dikeluarkan Partai Demokrat," kata Thomafi. 

Karena itu pula PPP tidak akan khawatir dengan ancaman Partai Demokrat tersebut karena dalam urusan kabinet, PPP hanya berhubungan dengan SBY secara langsung, tidak dengan PD. "PPP masih percaya pada Presiden Yudhoyono ketimbang Partai Demokrat," ujar Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI itu. 

Thomafi mengungkapkan, kritik yang dilontarkan PPP terhadap Sekretariat Gabungan (Setgab) bertujuan agar parpol anggota Setgab segera mengambil langkah konkret sehingga Setgab dapat dikembalikan pada tujuan awal pendiriannya. "Tujuan awalnya adalah mendorong percepatan program pemerintahan Yudhoyono-Boediono tapi tidak ada aturan yang mengikat. Kalau ini melenceng, wajar jika ada evaluasi agar Setgab kembali ke tujuan awal. Jadi, tidak perlu ada ancam-mengancam," kata Thomafi. 

Sementara itu Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR Muhammad Jafar Hafsah menegaskan, bila PKS dan PPP ingin membuat poros tengah, maka mereka akan di eliminasi dari kabinet. "Ya, kalau PKS dan PPP tetap menginginkan untuk membentuk poros tengah, otomatis mereka sudah keluar dari koalisi dan artinya di kabinet dia akan terbuang," kata Jafar. (Ant/OL-04) 

Desakan Pembentukan Poros Tengah Melunak

JAKARTA--MICOM: Sikap Partai Keadilan Sejahtera (PKS) soal pembentukan poros tengah mulai melunak. PKS menyatakan poros tengah hanya kembang dari upaya untuk memperbaiki manajemen di Setgab koalisi. 

"Sebenarnya yang perlu diperbaiki manajemen pengelolaan di setgab, mau dijadikan seperti apa. Apakah hanya sekedar menjalankan agenda yang didominasi Demokrat dan Golkar atau agenda nasional. Urusan poros tengah hanya kembang saja," kata Wakil Ketua DPP Agus Poernomo kepada Media Indonesia di Jakarta, Kamis (30/12). 

Ia menolak tudingan jika cetusan usulan akibat persoalan komunikasi internal. Ia mengaku jika komunikasi di internal jelas karena setiap hasil rapat di setgab selalu disampaikan kembali ke partai. 

Namun, ia tak menjelaskan apakah menteri di kabinet cukup menjelaskan kebijakan pemerintah kepada partai sehingga bisa memberi cukup pemahaman. PKS terkesan mengandalkan informasi yang dibagi oleh menteri di forum setgab. 

"Selama ini yang pernah datang ke setgab memang baru menkeu, Menteri ESDM, menko ekuin, mendagri, satgas mafia karena kebijakan yang dijalankan sensitif seperti kenaikan TDL, subsidi BBM dan lifting serta asumsi makro. Yang lain isu normal saja. Mestinya kalau diperlukan yang mengundang ketua harian setgab dan sekretaris," cetusnya. 

Sikap Partai Amanat Nasional membuat wacana poros tengah melemah. PAN mengatakan komunikasi yang terjadi diantara partai koalisi maupun di internal partai sudah cukup seimbang dan berjalan efektif. Yang kurang adalah kesadaran masing-masing partai, termasuk partai menengah, untuk memahami esensi pakta koalisi. 

"Ada ruang gerak untuk memberi kritikan konstruktif. Nah, kalau dimanfaatkan, ada kesan kalau komunikasi ini tidak efektif. Partai menengah harus kembali pada komitmen yang tercantum dalam pakta bersama sebagai dasar koalisi," ujar Sekjen PAN Taufik Kurniawan. (Din/OL-04) 

PDIP: Terlalu Dini Bicarakan Calon Presiden 2014

JAKARTA--MICOM: Hingga kini PDIP belum membicarakan soal calon Presiden 2014 karena masih terlalu prematur. Hal itu diungkapkan Ketua DPP PDIP Maruarar Sirait, Kamis (30/12). 

"PDIP akan menjadi partai yang ingin dipercaya oleh rakyat dengan menjaga konsistensi menjadi oposisi. Karena itu kita belum membahas capres 2014, masih terlalu prematur," terang Maruarar. 

Ia menjelaskan saat ini PDIP masih fokus pada pencapaian pemilu kada di daerah-daerah serta menjadi oposisi pemerintah. Menurutnya, pencapaian yang diraih PDIP menjadi berkah tersendiri buat partai dan semua kader. 

"Ini buah dari kami (PDIP) yang selalu memiliki komitmen. Tujuan kami ingin menang di Pilpres 2014," ujarnya. 

Optimisme Maruarar juga didasari hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Indobarometer pada 2010 ini yang menempatkan Megawati di posisi teratas, dan diikuti Prabowo Subianto. "Hasil tersebut menggambarkan kalau Ibu Mega masih dipercaya oleh rakyat dengan konsistensinya, tetapi terkait capres, sampai saat ini belum dibicarakan," jelasnya. (*/OL-04) 

Rezim SBY Langgengkan Kapitalisme

AKARTA--MICOM:Indonesia adalah negara kaya raya dengan sumber kekayaan alam melimpah, tapi masih banyak rakyat yang hidup miskin. Itulah bahasan utama dalam launching dan diskusi buku karya Eggi Sudjana, SBY Antek Yahudi-AS, Suatu Kondisi Menuju Revolusi di Jakarta, Kamis (30/12). 

Dalam buku terbarunya itu, Eggi mengkritik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang dinilainya terlalu menunduk dengan pemerintah Amerika Serikat. Kebijakan-kebijakan yang selama ini dibuat tidak mengarah kepada rakyat, tetapi pada penguasaan dengan unsur kekuasaan. 

"Awal mula saya membuat buku ini adalah ketika saya mendengar SBY berkomentar soal AS. SBY seolah-olah menganggap AS sebagai negara keduanya, setelah Indonesia. Waktu itu banyak orang belum menyadarinya, tapi saya sudah memperhatikannya," tutur Eggi di Jakarta Media Center (JMC). 

"Jangan sampai karena ingin mengubah bangsa, kita jadi terlalu tergantung dengan Amerika," imbuh pimpinan LEPAS (Laskar Empat Pembela Bangsa) tersebut. 

Bentuk kapitalisme yang paling jelas bisa dilihat ketika seseorang mencalonkan diri sebagai pemimpin. Jika ia memiliki uang yang banyak, ia bisa jadi pemimpin. Tapi kalau ia hanya memiliki uang sedikit, ia tidak bisa. 

Sedangkan bentuk lain kapitalisme yang disoroti Haris Moti adalah soal kekayaan alam bangsa Indonesia yang dikuasai oleh asing. "Untuk menghadapi kekuatan atau pengaruh negara asing, kita harus melakukan penguatan sistem," tegas Aktivis Petisi 28 itu yang juga bertindak sebagai pembicara. 

Pembicara lain, Erlangga, mengatakan meski terdapat kata Yahudi dalam judul buku Eggi, namun itu bukan mengacu pada individu melainkan lebih kepada ideologi. "Yahudi yang dimaksud di sini bukan soal rasis, tapi bentuk kapitalisme yang ada di Indonesia," tandas Sekretaris Majelis PAKAR Korps Alumni HMI. (*/OL-2) 

Demokrat hanya Gertak PKS dan PPP

JAKARTA--MICOM:Pengamat politik M Qodari menilai Partai Demokrat hanya sekadar menggertak Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) untuk dikeluarkan dari kabinet. 

Hal itu dikata Qodari di Jakarta, Kamis (30/12) menanggapi ancaman dari Partai Demokrat yang ingin mengeluarkan PKS dan PPP dari Kabinet Indonesia Bersatu II karena ingin membentuk poros tengah di Sekretariat Gabungan (Setgab). 

Karena itu, PKS maupun PPP tidak perlu kuatir dengan ancaman tersebut. "Tak perlu kuatir dengan ancaman tersebut," kata Direktur Eksekutif Indobarometer itu. 

Ia menjelaskan, apa yang akhir-akhir ini terjadi di Sekretariat Gabungan seperti adanya keluhan dari PKS dan PPP tentang ketidak terbukaan, ketidak jujuran dan adanya kepentingan politik dari Demokrat dan Golkar di Setgab tak lain adalah provokasi akhir tahun yang dilakukan masing-masing partai politik pendukung pemerintah. 

"Tapi itu semua tidak akan berdampak pada reshuffle. PKS dan PPP hanya sedikit memberikan kejutan di akhir tahun. Kejutan-kejutan kecil tersebut karena ada kekecewaan dari kedua partai tersebut. Namun tidak berimplikasi besar seperti terjadi reshuffle," kata Qodari. 

Sekretaris Setgab Syarief Hasan mengatakan, tidak tertutup kemungkinan akan terjadi reshuffle terhadap PKS dan PPP bila tetap ingin membentuk poros tengah di Setgab. "Kita lihat saja nanti (untuk direshuffle)," kata Syarief Hasan. 

Ia meyakini, poros tengah seperti yang diusulkan oleh PKS dan PPP tidak akan terwujud. "Saya yakin Setgab akan tetap solid dan utuh hingga 2014. Tidak mungkin ada poros tengah, walaupun ada semangatnya tapi implementasinya gak mungkin," tegas Syarief. 

Menurutnya, meskipun ada pernyataan-pernyataan untuk membentuk poros tengah, hal itu, kata Syarief adalah riak-riak demokrasi yang ada di Setgab. "Memang ada perbedaan pendapat, itu hal biasa," kata Menteri UKM dan Koperasi itu. (Ant/OL-04) 

Merebut Momentum

WAKTU pada hakikatnya adalah momentum. Itu jika kita memiliki visi ke depan dan sanggup menerjemahkannya dengan kerja keras. Karena itu, setiap pergantian tahun sejatinya adalah upaya merebut momentum menuju perubahan. Hal itu pula yang mestinya muncul ketika dalam hitungan jam, kita akan memasuki 2011. 

Apalagi, 2011 merupakan tahun pertama dasawarsa kedua abad ke-21. Bagi banyak bangsa, awal dasawarsa sering dimaknai sebagai momentum menuju lompatan besar. 

Brasil, Rusia, India, dan China yang kini menjadi raksasa ekonomi dunia memulai tonggak perbaikan ekonomi mereka di awal dasawarsa. Brasil, misalnya, memperkenalkan pendekatan baru yang disebut ekonomi pasar sosial pada 1991. Sebuah pendekatan kerakyatan, yang tidak membiarkan ekonomi pasar tanpa kontrol. 

Hasilnya ekonomi Brasil melesat. Pendapatan per kapita Brasil US$8.040, atau tiga kali lipat pendapatan per kapita Indonesia yang berada di kisaran US$2.700. 

Padahal, 30 tahun lalu, pendapatan per kapita negara berpenduduk 200 juta jiwa itu baru US$1.000. Brasil juga mampu mengangkat 29 juta jiwa penduduk keluar dari kemiskinan. 

Hal serupa dilakukan India, yang ekonominya tumbuh fantastis dan mencatat rekor pertumbuhan tercepat kedua setelah China. Kunci kesuksesan kemajuan ekonomi India terletak pada ilmu pengetahuan dan teknologi. 

Kota Bangalore telah menjadi pusat teknologi informasi dunia. Bahkan, India dikenal sebagai pemasok pekerja ahli di dunia. 
Pada awal dasawarsa pertama abad ke-21, dari 150 ribu pekerja asing di perusahaan IT Amerika Serikat, sebanyak 60 ribu di antaranya para pakar software dari India. 

Lalu, bagaimana dengan ekonomi Indonesia pada 2011? Mampukah bangsa ini merebut momentum strategis awal dasawarsa? 

Jawaban atas semua pertanyaan itu kembali kepada kemampuan, kemauan, dan ketabahan para pemangku kepentingan di negeri ini untuk merebut kesempatan. Jalan menuju perekonomian yang menjanjikan sudah mulai tertata pada 2010. 

Capaian indikator makroekonomi menunjukkan hal itu. Pada 2010, hingga kuartal ketiga ekonomi kita tumbuh 5,8%. Ekspor kita juga tumbuh 15%, melebihi target pemerintah di 10%. 

Cadangan devisa kita juga sudah mencapai lebih dari US$90 miliar dan mencatat rekor sejarah sejak Republik ini berdiri. 
Kalaupun ada yang mengkhawatirkan, itu adalah pertumbuhan impor yang tinggi, yakni 17%, serta inflasi 6% yang meleset dari target. 

Banyak yang optimistis pertumbuhan ekonomi kita pada 2011 bisa lebih tinggi. Syaratnya pemerintah sanggup, bisa, dan konsisten memperbaiki pekerjaan rumah yang masih menumpuk. 

Masalah penyediaan infrastruktur, penanganan korupsi, pembenahan birokrasi, peningkatan daya saing nasional, dan penyerapan anggaran merupakan problem serius yang tidak kunjung diselesaikan. Selain itu, tingkat pertumbuhan penduduk yang 1,49% masih tergolong tinggi. Untuk Indonesia idealnya 1,2%. 

Jika pekerjaan rumah itu tidak diselesaikan, momentum perubahan akan lewat. Kita hanya akan menjadi bangsa penonton yang bersorak melihat bangsa-bangsa lain melesat.

Kejagung Persilakan KPK Tindak Jaksa Korup

JAKARTA (SINDO) – Kejaksaan Agung (Kejagung) siap bekerjasama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam upaya pembersihan aparat penegak hukum dari tindakan kejahatan korupsi.


Kejagung menilai aparat hukum juga sangat rentan melakukan penyelewengan tindak pidana tersebut. “Kita (Kejagung) satu komitmen dengan KPK bahwa institusi penegak hukum harus bersih dan terbebas dari korupsi. Termasuk jaksa-jaksa yang nakal juga harus ditindak,”kata Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung Babul Khoir Harahap di Gedung Kejagung,Jakarta,kemarin. Sebelumnya,Wakil Ketua KPK Bibit Samad Rianto menyebut, pihaknya akan menertibkan aparat yang nakal, termasuk jaksa yang terindikasi tindak pidana korupsi. Karena itu,pihaknya akan menjalin kerjasama dengan kejaksaan dan kepolisian untuk menindak oknumoknum penegak hukum yang terbukti melakukan penyimpangan.

Menurut Babul,Kejagung siap bersinergi dengan KPK dalam rangka pemberantasan korupsi. Kejagung juga tidak akan menghalang- halangi penyelidikan jika ada aparat kejaksaan yang diduga terlibat kejahatan korupsi. Komitmen pemberantasan korupsi di institusinya, lanjut dia, sudah ada sejak dulu.Karena itu,jika ada jaksa-jaksa yang masih bandel dan terindikasi melakukan kejahatan korupsi,KPK bisa menindak oknum jaksa tersebut.“Sekarang saja, kita sudah membuktikan itu. Ada jaksa yang tertangkap tangan KPK, seperti Jaksa Urip Tri Gunawan, kita tidak ikut campur,” terangnya. Saat disinggung mengenai adanya ancaman tehadap jaksa ,Kejagung, kata Babul, justru merasa tidak ada tekanan, termasuk dari KPK.

“Ya kalau indikasi-indikasi, silakan saja berpendapat. Lagi pula kalau ada institusi anak buahnya yang berbuat, itu sudah jadi tanggung jawab masing-masing. Kalau memang ada anak buahnya kayak begitu, secara langsung atasannya yang bertindak,”kata Babul. Khusus untuk jaksa Cirus Sinaga, yang diduga terlibat kasus mafia peradilan dengan Gayus Tambunan, Babul punya pendapat sendiri.“ Kalau dia memang sudah keluar dari ketentuan,”sebutnya Babul juga menekankan, pihaknya sepakat dengan ungkapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bahwa jika ingin membersihkan, sapu yang digunakan juga harus bersih agar semua upaya tidak menjadi sia-sia. Jaksa Agung Muda Bidang Pengawasan (Jamwas) Kejagung Marwan Effendi mengaku,selama enam bulan menjabat Jamwas,pihaknya sudah memecat 32 jaksa nakal yang telah melakukan berbagai pelanggaran.

“ Jadi,kita sudah pecat 32 jaksa baik secara hormat maupun tidak hormat,”tegas Marwan. Selain mencopot 32 jaksa, lanjut Marwan,Kejagung juga telah mencabut jabatan struktural 50 jaksa lainnya,serta memproses secara hukum empat jaksa.“Dari 50 jaksa yang kami berhentikan jabatan strukturalnya itu termasuk tiga jaksa dari Kaltim.Empat orang jaksa yang diproses secara hukum yakni, dua dari Merauke, Papua, dan jaksa Cirus Sinaga,”katanya. (m purwadi) 

Polri Terima Kritikan Satgas Soal Gayus

JAKARTA (SINDO)-Mabes Polri menerima kritik dari Satgas Pemberantasan Mafia Hukum yang menilai lembaga kepolisian lamban dalam menangani kasus mafia hukum dan pajak pegawai Ditjen Pajak, Gayus Halomoan P Tambunan.


Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Anton Bachrul Alam mengaku, menerima kritik dari lembaga tersebut. Karena hal itu merupakan persepsi masing-masing instansi. ”Soal lamban dan sebagainya itu persepsi masing-masing kita harus terima masukan itu,”ujarnya. Dalam penyelesaian kasus GayusHalomoanP Tambunan,memang memerlukan waktu yang panjang, karena ada yang sulit dan ada yang mudah pengungkapannya.Mantan Kapolda Jawa Timur ini tidak membantah jika penanganan kasus tersebut dinilai lamban.”Yang mudah yacepat,yang sulit memerlukan waktu yang lama,” ucapnya. Sebelumnya,Ketua Satgas Pemberantasan Mafia Hukum menilai, penanganan dan pengusutan kasus Gayus Tambunan oleh Polri belum maksimal.Sebab, hingga kini masih belum terungkap siapa penyuap dan pemberi dana ke rekening Gayus Tambunan.

Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Mabes Polri Komjen Pol Ito Sumardi mengatakan, proses penanganan kasus Gayus Tambunan hingga kini masih terus berjalan. Menurut Ito, pihaknya tidak bisa memaksakan jika tidak ditemukan alat bukti yang cukup. ”Sekarang kalau namanya nggak ada pengakuan masa harus dipaksa,”katanya. Jenderal bintang tiga itu mengakui, masalah utama penyidik adalah sulit mendapatkan alat bukti dan itu tidak bisa dipaksakan. ”Orang hanya bicara tentang perusahaan yang katanya memberikan.

Kalau tidak ada buktinya apa yang harus diserahkan, dokumen apa yang harus diberikan,” tegasnya. Terkait proses hukum terhadap dua jenderal yang diduga terlibat yakni,mantan Direktur II Ekonomi Khusus Bareskrim Mabes Polri Brigjen Pol Raja Erizman dan mantan Kapolda Lampung Edmon Ilyas, Ito mengaku, pihaknya transparan dalam penyidikan dan penegakkan hukum baik kepada masyarakat dan aparat kepolisian.

Dalam proses hukum harus ada bukti permulaan yang cukup.Terkait dengan fakta persidangan yang disampaikan,kata Ito,hingga kini tidak ada bukti permulaan dan alat bukti yang berhasil ditemukan. Bahkan, pihaknya sudah bekerjasama dengan sejumlah lembaga penegak hukum di antaranya, Satgas Pemberantasan Mafia Hukum dan sebagainya. (sucipto) 

Eman Suparman Pimpin KY

JAKARTA(SINDO) - Eman Suparman terpilih memimpin Komisi Yudisial (KY) selama dua setegah tahun kedapan.Dalam bekerja,dia akan didampingi Imam Anshori Saleh sebagai wakilnya.


Setelah masa kepemimpinan Eman, KY akan kembali melakukan pemilihan ketua dan wakilnya yang juga akan menjabat selama dua setengah tahun kedepan. Hal ini karena tujuh komisioner KY yang terpilih menjabat selama lima tahun.Hal ini berbeda dengan komisioner KY priode sebelumnya yang ketua dan wakilnya menjabat selama lima tahun. Kemarin, tujuh komisioner KY priode 2010-2015 melakukan pemilihan ketua dan wakil ketua KY secara terbuka dengan dihadiri para pegawai KY dan puluhan wartawan. “Menetapkan Eman Suparman sebagai Ketua KY periode Desember 2010-Juni 2013.Dan menetapkan Imam Anshori Saleh sebagai Wakil Ketua KY periode Desember 2010-Juni 2013,” kata Sekjen KY Muzayyin Mahbub saat membacakan putusan seusai pemilihan di Gedung KY kemarin.

Pemilihan dilakukan secara voting tertutup di lantai 4 Gedung KY, Eman mengalahkan kandidat lain yakni mantan hakim agung Abbas Said.Sebelumnya,Abbas digadang- gadang oleh banyak pihak akan menjadi Ketua KY. Saat pemilihan, Eman memperoleh 4 suara sementara Abbas mendapatkan 3 suara. Pemilihan berlangsung ketat. Sebab, hanya ada 7 orang komisioner KY yang berhak memberikan suara. Hingga, suara ke 6, posisi antara Abbas dengan Eman sama sama meraup 3 suara. Begitu suara ke empat menyebutkan untuk Eman, seluruh pegawai dan pejabat KY bertepuk tangan.Adapun Abbas terlihat spontan bertepuk tangan dengan pelan.

Saat dimintai sambutannya, Eman yang guru besar hukum acara perdata Universitas Padjadjaran itu hanya berujar singkat. Dia mengaku harus mendapatkan banyak dukungan dari internal dan eksternal KY dalam menjalankan tugas sebagai Ketua KY. ”Saya tidak dapat berbuat apa-apa tanpa dukungan dan kekompakan bapak- bapak termasuk sekjen dan seluruh jajaran KY,”katanya. Menurut Eman, pihaknya juga mengharapkan dukungan dari eksternal KY,misalnya dari media.”Saya berharap wartawan berkenan berbagi dan mengingatkan kami bila kami tidak pada tempatnya dalam menjalankan tugas,”jelasnya.

Seusai pemilihan,kepada wartawan Eman mengatakan salah satu hal yang akan segera dilakukan adalah mencari tahu sampai mana revisi UU KY yang kini masih diproses di DPR. Sebab, sejak putusan Mahkamah Konstitusi (MK), kewenangan KY dalam pengawasan hakim berkurang.Kewenangan tersebut tak kunjung diperbaiki mengingat revisi UU KY belum juga rampung.”Kita akan cari tahu sampai mana perkembangan revisi UU KY,”katanya. Sementara itu,Abbas yang kalah dalam pemilihan mengucapkan selamat atas terpilihnya Eman sebagai Ketua KY.”Tentu kebersamaan pimpinan KY yang tercipta ini, akan terus berlangsung baik,” katanya. Ketua KY periode 2005-2010 Busyro Muqoddas yang hadir saat prosesi pemilihan mengatakan, proses pemilihan Ketua dan Wakil Ketua KY saat ini lebih baik dari periode yang lalu.

”Saat ini kanpemilihannya sudah terbuka dan diketahui banyak pihak,kalau dulu karena situasi belum memungkinkan pemilihannya tertutup,” kata Busyro yang saat ini menjabat sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dia mengatakan, sosok Eman diharapkan dapat menjadi figur untuk melanjutkan apa yang telah dirintis komisioner KY periode sebelumnya. Busyro mengatakan, komposisi komisioner saat ini dapat saling mengisi.Dia mencontohkan dengan adanya Abbas Said sebagai komisioner KY. Menurut Busyro, keberadaan Abbas sangat penting karena Abbas dinilai mengetahui dunia peradilan dengan lebih detail.Apalagi, Abbas telah berpuluh-puluh tahun berprofesi sebagai hakim. ”Saat pleno terkait pengawasan,argumen Pak Abbas yang praktisi tersebut pasti dibutuhkan,”katanya.

Dia menjelaskan, salah satu yang harus dikedepankan oleh komisioner KY periode 2010-2015 adalah masalah pendekatan dengan DPR dalam rangka kerja sama. Hal itu dilakukan mengingat revisi UU KY saat ini sedang diproses KY. ”Bagaimana mempunyai seni untuk mendekati DPR, tapi DPR juga perlu mendekati KY,” kata Busyro. Sementara itu, komisioner KY Suparman Marzuki mengatakan, saat ini pihaknya memang akan memantau revisi UU KY. Sebab, dari revisi tersebut nantinya akan diketahui bagaimana struktur dari KY.

”Maka untuk kelengkapan organisasi seperti komisioner yang akan menjabat koordinator bidang akan ditentukan setelah tahun baru (tahun baru 2011),”jelas Suparman. (kholil)

Rabu, 29 Desember 2010

Pergantian Tahun, SBY Beri Libur Menteri

BOGOR - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan memberikan izin libur kepada menteri di penghujung pergantian tahun. Pemberian libur ini karena banyaknya bencana alam baik banjir, letusan gunung api maupun tsunami yang kerap memaksa para pejabat negara, termasuk menteri Kabinet Indonesia Bersatu II untuk bekerja pada hari libur. 

"Yang mengikuti retreat ini besok Jumat saya persilahkan untuk off 1 hari kemudian karena Sabtu dan Minggu sudah libur. Apalagi tahun ini kita banyak sekali menggunakan waktu libur kita untuk berkunjung ke daerah bencana yang beberapa kali terjadi," kata Presiden di Istana Bogor, Kamis (30/12/2010).

SBY juga mengaku berterima kasih kepada para pejabat yang harus mengatur ulang jadwal kerja mereka agar bisa hadir di Bogor. Ucapan ini dilakukan karena SBY tahu beberapa pejabat telah memiliki sejumlah agenda, misalnya Gubernur BI yang menunda kunjungan kerja ke Jepang dan juga salah satu menteri yang berencana umroh.

"Saya tahu untuk kepentingan pertemuan ini yang Insya Allah akan kita laksanakan maraton hingga nanti malam banyak di antara saudara yang menyesuaikan jadwal kegiatannya ada yang sudah berencana menjalankan ibadah umroh kemudian diatur kembali waktunya dan mesti hadir dalam acara penting ini 
ada yang berencana berkunjung ke Jepang, Gubernur Bank Indonesia untuk tugas juga menyesuaikan 1 hari kemudian juga ada beberapa menteri yang ada agenda.  Saya mengucapkan penghargaan begitulah tugas, tugas di atas segalanya dengan demikian retreat ini dapat kita laksanakan dengan baik," katanya.

Sementara itu dalam rapat kerja kali ini di antaranya diikuti Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, Menteri Perindustrian MS Hidayat, Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution dan juga Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo.

Busyro: Organisasi Rusak karena Pemimpinnya


Jum'at, 26 November 2010 - 19:54 wib
Busyro Muqoddas (Foto: Andika Pradipta/okezone)
 KOMISI III DPR akhirnya memilih Busyro Muqoddas sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui mekanisme voting. Busyro mengalahkan kandidat lain, Bambang Widjojanto. Sebagai Ketua KPK baru, langkah apa saja yang akan dilakukan Busyro? Berikut petikan wawancaranya.

Target apa yang akan Anda wujudkan di KPK?

Itu terkait dengan visi saya, yaitu bahwa KPK perlu membangun konsep besar mengenai sistem kepemimpinan dan sistem tata kelola keuangan negara yang transparan, profesional, dan akuntabel. Dua variabel utama itu penting, sistem kepemimpinan dan sistem kelola keuangan. Karena keduanya saling terkait dan tidak bisa dipisahkan. Kalau ada orang mengatakan, “Kalau organisasi rusak, mesti sistem itu yang rusak,” saya tidak percaya. Karena menurut saya, yang rusak itu pemimpin dan sistemnya, maka organisasi rusak atau diselewengkan. Karena itu, harus dalam satu bangunan.

Lantas apa yang perlu dibenahi?

Penjabaran dari visi besar itu tentu mengarah pada langkah pertama yakni konsolidasi organisasi. Seperti hal-hal yang menyangkut SDM (sumber daya manusia), budaya organisasi, tata kelola organisasi, dan tunggakan perkara yang belum selesai untuk ditakar aspek pembuktiannya. Itu merupakan sejumlah hal yang perlu dikonsolidasikan. Siapa pun yang terpilih, konsolidasi tidak bisa dilakukan sendirian. Sehingga, dia perlu kerja sama dengan empat pimpinan KPK yang lain dan semua jajarannya.

Apa langkah konkret untuk mewujudkan visi Anda itu?

Konsolidasi adalah langkah utama. Lalu disusul dengan langkah untuk memperkuat prinsip-prinsip trust dengan kepolisian dan kejaksaan, dengan birokrasi pemerintah dan lembaga pemerintah, dan juga jangan lupa dengan civil society. Saya mendasarkan pada satu pengalaman manajemen organisasi, bahwa lembaga apa pun selalu butuh dikondisikan untuk bisa lebih bersinergi dengan lembaga lain. Hal itu yang saya lakukan di Komisi Yudisial (KY) saat ini.

Anda menyinggung soal tunggakan perkara, apa yang akan menjadi prioritas?

Konsolidasi itu menyangkut mapping perkara. Menakar pembuktiannya. Sehingga, dari sana baru ditemukan skala prioritas. Bisa Century (kasus bailout Bank Century sebesar Rp6,7 triliun) dan bisa juga yang lain. Kalau memproses kasus-kasus hukum harus dengan bukti-bukti. Hukum pembuktian, ada di KUHP dan KUHAP.

Bagaimana Anda menghadapi tekanan politik atau bahkan ancaman?

Saya melihat justru sebaliknya. Bagaimana KPK mampu membangun sinergi untuk mengurangi tekanan-tekanan politik itu. Katakanlah, tekanan itu datang dari pemerintah dan politisi. Pertanyaannya, pemerintah itu punya komitmen pemberantasan korupsi nggak? Jawabannya, ya. Politisi, itu kan partai politik (parpol). Parpol punya agenda pemberantasan korupsi nggak? Jawabannya pasti, ya. Nah, saya berangkat dari hal itu. Bagaimana mereka ini diposisikan bersama untuk membedah peta dan problematika korupsi secara bersama. Sehingga, dengan mereka ini kita memiliki common enemy yang namanya korupsi yang semakin menggila ini. Tidak ada satu partai pun yang menolak. Karena partai satu misi ideologinya, ada elemen moral, yang salah satunya mengusung good governance. Tidak mungkin mengusung good governance lalu lemah dalam menyikapi korupsi.

Apakah Anda melihat banyak usaha melemahkan KPK?

Justru itu ada persoalan. Persoalan itu yang menjadi agenda ke depan. Itulah yang namanya agenda kepemimpinan. Pemimpin itu tidak akan berfungsi ketika tidak menemukan masalah. Lalu ketika menemukan masalah tidak bisa diatasi, dia bukan pemimpin. Jadi, harus bisa mengatasi. Punya spirit dan konsep. Itu pemimpin. Bedakan, pejabat negara itu ada yang pemimpin dan ada yang pengurus. Pengurus itu hanya mengurusi administratif, juklak (petunjuk pelaksanaan), juknis (petunjuk teknis). Tapi pemimpin, tidak harus jadi pejabat. Wartawan pun bisa jadi pemimpin. Tulisannya bisa mengubah cara pandang orang. Itu pemimpin. Begitu tajamnya pena wartawan, jika yang dirumuskan hal itu dapat memengaruhi orang banyak. Setiap pemimpin akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah.

Bagaimana Anda melihat sistem pencegahan di KPK?

Cukup baik, tapi harus ditingkatkan. Berbagai sistem pencegahan sudah berjalan baik.

Kebijakan yang berpotensi korupsi seperti apa?

Yang memang dirancang untuk korup. Dirancang sejak awal untuk korup. Itu bisa undang-undang, kebijakan pemerintah, daerah atau lokal. Di tangan penguasa yang koruptif, maka kebijakan itu bisa sengaja dibuat untuk melakukan korupsi. Itulah namanya kleptokrasi. Kalau birokrasi sudah dibangun agar orang-orang yang menjabat bisa mencuri, yang kemudian dikenal dengan kleptokrasi, itu bisa jadi korupsi sepanjang masa. Kenapa orang banyak yang kepengen sekali jadi pejabat, padahal untuk jadi pejabat dia harus ngutang sana, ngutang sini? Karena, dia tahu ada kebijakan yang bisa diatur.

Terhadap kebijakan yang korup itu, apa yang perlu dilakukan?

Sebagai seorang akademisi, agenda pertama itu mapping. Database penting, hasil survei ditelaah. Hasil analisisnya bisa dibuka dan dibahas dengan berbagai kalangan. Misal dengan Kementerian Dalam Negeri atau Kementerian Keuangan dan lainnya. Maka itu, fungsi leadership penting. Leadership dapat memengaruhi orang lain agar komit, menuju jalan hidup yang lurus. Itu leadership. Leadership yang benar. Leadership yang nggak benar adalah memengaruhi orang lain menjadi maling-maling. Itu leader yang palsu. Kebanyakan yang palsu di Indonesia ini. Karena banyak ngajak yang buruk, daripada ngajak yang benar.

Bagaimana merespons desakan DPR agar skandal Century dituntaskan?

Bukan hanya Century. Mungkin saja nanti ada yang lain, ada yang pajak, ada traveller’s cheque. Semua saja. KPK sendiri tidak bisa teriakteriak jika tidak punya bukti-bukti yang kuat. Kalau bukti sudah kuat, ya nggak perlu lagi teriak-teriak, tinggal action. Saya nggak suka teriak-teriak. Rakyat ini butuh action.

Apa yang akan Anda lakukan untuk memompa semangat pegawai KPK?

Di situ bukan bekerja, tapi berjuang. Jihad kemanusiaan. Artinya, pemberantasan korupsi ini bisa memanusiakan manusia. Bayangkan kalau tidak ada korupsi, sekian juta orang bisa sekolah dan bisa berkeadaban. Manusia yang korup itu mentalnya kumuh, nggak beradab lagi. Manusia yang prahistoris itu, hakikatnya kasihan dia (koruptor). Melawan korupsi itu bukan melawan koruptor. Yang di benci itu kelakuannya.

Bagaimana pendapat Anda tentang remisi, grasi, dan asimilasi?

Harus ditata ulang. Undang-undang yang terkait itu harus direvisi. Yang namanya undang-undang juga harus dievaluasi. Ketika konteksnya sudah berubah, maka undang-undang layak direvisi. Ya itu nantilah, bagian dari konsolidasi nanti. Berarti harus sinergis dengan DPR. Membangun semangat antikorupsi itu harus dengan semangat kerja sama.

Pemberian remisi, grasi, dan asimilasi untuk koruptor, apakah tepat?

Tergantung konteksnya dulu. Kalau untuk koruptor-koruptor dengan alasan yang tidak sesuai, no way.

Rutinitas Anda sehari-hari saat santai?

Olahraga. Fitness. Kalau di rumah, di Yogyakarta, ya jogging, naik sepeda ke desa-desa. Kalau saya pulang ke Yogya, banyak pelajaran yang saya dapat dari jalan-jalan ketika naik sepeda. Kalau di Jakarta kan, banyak gedung angkuh, apartemen angkuh. Nggak ada pelajaran kemanusiaan di Jakarta ini, kering. Olahraga minimal seminggu tiga kali.(SINDO//mbs)


Mahfud Siap Letakkan Jabatan

Rabu, 8 Desember 2010 - 11:21 wib

 
JAKARTA – Setelah melakukan penyelidikan selama satu bulan, tim investigasi dugaan mafia perkara di Mahkamah Konstitusi (MK) harusnya memaparkan hasil penyelidikannya ke publik hari ini.

Ketua MK Mahfud MD berharap tim yang diketuai pakar hukum tata negara Universitas Indonesia (UI) Refly Harun menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan. Lalu bagaimana kesiapan MK mendengar hasil kerja Refly dkk? Berikut ini wawancara Mahfud MD.
nexton
 
Hari ini tenggat waktu yang diberikan kepada tim investigasi untuk menjelaskan hasil kerjanya. Apakah ada perubahan?

Tak ada perubahan. Rabu (8/12/2010) ini kita menunggu laporan tim investigasi. Kita sudah memberi kebebasan untuk bekerja leluasa agar temuan fakta adanya mafia hukum di MK seperti yang ditulis Refly di sebuah koran harian nasional diungkap kepada publik.

MK siap menindaklanjuti hasilnya?

Tentu, kalau ada indikasi kuat ada hakim yang menerima suap atau memeras seperti pada tulisan Refly (ketua tim investigasi) akan langsung ditindaklanjuti ke kejaksaan atau ke KPK. Tapi kalau tidak ditemukan bukti, ya harus diselesaikan dengan baik dan kesatria menurut cara Refly.

Seandainya tak terbukti, apakah MK akan memidanakan Refly atas dugaan pencemaran nama baik?

MK secara institusi belum membicarakan itu meski hakim-hakimnya ada yang ngotot minta diproses ke polisi. Saya pun sering menyebut akan memolisikan Refly yang sebenarnya lebih bermaksud agar Refly tertantang untuk membuktikan tulisannya. MK sendiri belum menyikapi soal itu. MK harus rapat dulu, sebab pembentukan tim juga berdasarkan hasil rapat para hakim.

Kalau terbukti ada suap pada hakim MK seperti yang dituduhkan Refly, Anda akan mundur?

Ya. Itu sudah saya nyatakan secara terbuka. Kalau di MK ada suap bagi hakim dalam menangani kasus yang katanya disaksikan Refly, saya akan mundur sebagai Ketua MK karena berarti saya gagal memimpin MK. Kejujuran dan harga diri bagi saya lebih bernilai daripada jabatan Ketua MK.

Anda belum tahu atau mendengar temuan tim investigasi?

Belum. MK sengaja tidak mau bertanya agar tim tak merasa terganggu. Bahkan MK juga tidak mau menanyakan mengapa tak ada hakim yang dimintai keterangan oleh tim investigasi sampai sekarang? MK menunggu hasilnya saja. Mungkin saja ada temuan yang menggemparkan nanti.

Mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie mengatakan kasus ini tak perlu dibesar-besarkan. Mengapa MK seperti sangat serius?

Ini untuk meng-clear-kan secara transparan dan tanpa tekanan kepada Refly. Kalau kita langsung lapor polisi, kan Refly yang repot. Soal pendapat Jimly, ya kita hargai.

Tanggapan Anda atas kritik Jimly bahwa sebagai hakim Anda terlalu banyak berbicara ke publik?

Saya justru meniru Jimly saat dia jadi Ketua MK. Tentu kita masih ingat dan masih punya kliping koran bahwa saat jadi Ketua MK, Jimly justru sering berbicara ke pers, termasuk mengurusi urusan lembaga lain. Ya, kan?

Apa contohnya?

Sebagai Ketua MK dia pernah mau ikut campur untuk mendamaikan BPK dan MA, mau menengahi konflik MA dan KY di luar pengadilan, menemui Presiden di Bandara Halim Perdanakusumah untuk membicarakan calon independen dalam pilkada, dan lain-lain. Itu, kan bukan urusan MK. Jadi yang dilakukan Jimly itu tidak kurang dari yang saya lakukan. Ketika menjadi anggota MK periode kedua Jimly malah lebih politis lho.

Maksud Anda?

Saat DPR mengumumkan semua calon anggota MK harus mendaftar dan ikut fit and proper test. Eh, entah bagaimana, tahu-tahu Jimly tidak mendaftar, katanya, diusulkan jadi calon MK dan tak harus ikut fit and proper test seperti yang lain. DPR memilihnya tetapi dia mengundurkan diri setelah saya jadi Ketua MK. Apa itu tak lebih politis?

Waktu itu Jimly mengkritisi Anda karena Anda dari partai politik saat mendaftar sebagai hakim MK?

Jimly pura-pura lupa bahwa dirinya juga pernah jadi pengurus Golkar dan PPP tanpa kita tahu kapan mundurnya. Kalau saya sih sudah jelas mundur dari parpol dan saat mundur diumumkan melalui upacara oleh DPP-PKB. Jadi Jimly dan saya sama-sama berasal dari parpol. Tapi buktinya kami sama-sama tak jelek, kan? Apriori atas orang parpol itu hanya datang dari LSM tertentu saja.

Bisa dijelaskan?

Ketika saya mau mendaftar sebagai hakim MK, ada LSM yang marah dan tak setuju. Katanya orang parpol dan DPR itu korup. Saya lawan, tunjukkan bahwa saya terindikasi korup. Sebaliknya kita punya banyak bukti bahwa banyak juga orang berlatar belakang LSM yang jika menjabat jadi koruptor. Koruptor di KPU dan KPU Daerah yang dijatuhi hukuman penjara itu banyak yang berlatar belakang LSM. Jadi ini bukan soal latar belakang organisasi tapi soal moral dan integritas orang perorang.

Artinya Anda tak keberatan dengan kritik Jimly?

Sama sekali tidak keberatan. Sebab kritik Jimly adalah kritik terhadap diri sendiri. Saat di DPR saya kerap mengritik Jimly karena sering overacting, sekarang kritik saya terhadap Jimly itu menjadi kritik bagi diri saya sendiri. Kritik itu, kan sehat.

Saya dan Jimly itu teman lama, satu perahu dalam memperjuangkan konstitusionalisme, terutama menjelang Reformasi pada 1998.(SINDO//mbs)